Cerita Tentang Purnama
Oleh : Zulham
Syahputra
(Pernah bertugas di SMPN-2 Pegajahan)
Suatu hari pernah ku rasakan perihnya melihat purnama
tersenyum dan pergi menuju arah yang berbeda
lalu lenyap entah di
mana
namun bagiku tak-kan ada akhir
cerita
bahkan terimakasih ku ucapkan untuk kesekian kali
atas kesetiaanmu menemani dan menghiasi mimpi
hingga aku terbangun kembali dan menyadari
masih begitu banyak nikmat Tuhan yang patut disyukuri
maka ku ingatkan kepadamu: simpan rapat rahasia yang
pernah ku bisikkan di malam itu
malam indah yang sinarmu begitu sempurna
dan sekali lagi: cerita kita tidak akan pernah berakhir!
karena ku yakin kau
pasti kembali bila sudah waktunya
BUKAN MILIK KITA LAGI
Oleh:
Halim Mansyur Siregar
Sudahlah, Kawan
tak ada yang perlu disesalkan
toh, kita hanyalah serupa lukisan
dan telah terpajang dalam bingkai masa silam
biarlah kini kita hanya mampu kaku terdiam
menatap muram goresan warna yang kian kusam
sebab seiring waktu yang terus berganti
pesona itu bukan milik kita lagi
YANG AKU RASAKAN
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Tak lagi perlu terhadap ilmu
tiada membutuhkan tumpukan pengetahuan
tertukar dengan sejuta kelakar
tergantikan dengan ketidakpedulian
menjadi potret umum yang tidak lagi bisa dipungkiri
menjadi lukisan wajah-wajah cikal bakal masa depan
begitulah yang aku rasakan di lubuk hati yang terdalam
juga lubuk hati setiap pendidik sejati
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Tak lagi perlu terhadap ilmu
tiada membutuhkan tumpukan pengetahuan
tertukar dengan sejuta kelakar
tergantikan dengan ketidakpedulian
menjadi potret umum yang tidak lagi bisa dipungkiri
menjadi lukisan wajah-wajah cikal bakal masa depan
begitulah yang aku rasakan di lubuk hati yang terdalam
juga lubuk hati setiap pendidik sejati
MUSIM MASIH
BEGITU
-------------------------------
-------------------------------
Oleh: Halim M. Siregar
dedaunan layu menguning
reranting lapuk mengering
tanahku gersang merana
tiada mampu menumbuhkan bunga
hingga tiba di batas waktumu,Ibu
musim masih saja begitu
membara dan membara lagi
seteguk madu tak sempat kuberi
*Puisi ini pernah diterbitkan di Koran Harian Analisa (Medan)
edisi Rabu, 27 Desember 2006
dedaunan layu menguning
reranting lapuk mengering
tanahku gersang merana
tiada mampu menumbuhkan bunga
hingga tiba di batas waktumu,Ibu
musim masih saja begitu
membara dan membara lagi
seteguk madu tak sempat kuberi
*Puisi ini pernah diterbitkan di Koran Harian Analisa (Medan)
edisi Rabu, 27 Desember 2006
SEGARIS SENYUM (1)
---------------------------
- Kepada bunda
---------------------------
- Kepada bunda
Oleh: Halim M. Siregar
Segaris senyum di bibirmu
semangat kembali menggebu
SEGARIS SENYUM (2)
---------------------------
- Kepada bunda
Segaris senyum di bibirmu
semangat kembali menggebu
SEGARIS SENYUM (2)
---------------------------
- Kepada bunda
Oleh: Halim M. siregar
Kemarin kemarau
hari ini juga kemarau
mungkin esokpun masih kemarau
namun segaris senyum di bibirmu
membuatku tak lagi risau
meski sepanjang tahun harus menghadapi kemarau
Kemarin kemarau
hari ini juga kemarau
mungkin esokpun masih kemarau
namun segaris senyum di bibirmu
membuatku tak lagi risau
meski sepanjang tahun harus menghadapi kemarau
SEGARIS SENYUM (3)
---------------------------
- Kepada bunda
---------------------------
- Kepada bunda
Oleh: Halim M. Siregar
Perpisahan telah masuk tahun kesepuluh
bagiku engkau tak pernah terasa jauh
segaris senyum di bibirmu masih terlukis utuh
BAGIKU KAU SANGAT BERARTI
----------------------------------------
- Kepada para muridku
Perpisahan telah masuk tahun kesepuluh
bagiku engkau tak pernah terasa jauh
segaris senyum di bibirmu masih terlukis utuh
BAGIKU KAU SANGAT BERARTI
----------------------------------------
- Kepada para muridku
Oleh: Halim
M. Siregar
Karena bagiku kau sangat berarti
kupaksakan jua mengayuh langkah
berlomba dengan matahari
meski nanti saat kita bersua
kekecewaanlah yang aku terima
rindu kian membeku
gairah sirna sudah
tak lagi haus terhadap ilmu
semakin tak jelas arti bersekolah
*Puisi-puisi tersebut pernah diterbitkan di Koran Harian Analisa (Medan)
edisi Rabu, 23 Maret 2011
Karena bagiku kau sangat berarti
kupaksakan jua mengayuh langkah
berlomba dengan matahari
meski nanti saat kita bersua
kekecewaanlah yang aku terima
rindu kian membeku
gairah sirna sudah
tak lagi haus terhadap ilmu
semakin tak jelas arti bersekolah
*Puisi-puisi tersebut pernah diterbitkan di Koran Harian Analisa (Medan)
edisi Rabu, 23 Maret 2011
NILAI MURNI UJIAN SEMESTER GANJIL
MAPEL MATEMATIKA KLS IX-1
1 ADITIA WAHYUDA 55
2 ALDI REGIANTARA 63
3 ARI MANTO 48
4 ARIF FEBRIZAL 58
5 DILLA PRATIWI 38
6 DIMAS PRAMUJA 28
7 DINA RUSIA 55
8 FAJAR DWI PUTRA 60
9 JHON ANTHON JHOSWA M 75
10 MAULIDAH SYAFITRI 78
11 MUHAMMAD RIDHO 50
12 MUHAMMAD SYAHRIZAL 60
13 MUTIA MAUDY KHASANAH 68
14 NAZARINA MEGA UTAMI G. 65
15 NURHAYATI 43
16 PRASASTI 55
17 PRIAMITRA 88
18 REZA SYAHPUTRA 45
19 RINDI 73
20 RISKI KURNIAWAN 40
21 SEKAR ANGGRAINI PRINANDA 65
22 SHEILLA REZEKYKA AULIA 55
23 SITI MAHGRIZA SINAGA 63
24 SURIANDI 58
25 TEDDY SETIAWAN 35
26 TENGKU M. FITRA PRATAMA 58
27 VERA MONICA BR NAPITUPULU 53
28 WAHYU RAMADHAN 45
29 YUSRIL IHZA MAHENDRA 53
2 ALDI REGIANTARA 63
3 ARI MANTO 48
4 ARIF FEBRIZAL 58
5 DILLA PRATIWI 38
6 DIMAS PRAMUJA 28
7 DINA RUSIA 55
8 FAJAR DWI PUTRA 60
9 JHON ANTHON JHOSWA M 75
10 MAULIDAH SYAFITRI 78
11 MUHAMMAD RIDHO 50
12 MUHAMMAD SYAHRIZAL 60
13 MUTIA MAUDY KHASANAH 68
14 NAZARINA MEGA UTAMI G. 65
15 NURHAYATI 43
16 PRASASTI 55
17 PRIAMITRA 88
18 REZA SYAHPUTRA 45
19 RINDI 73
20 RISKI KURNIAWAN 40
21 SEKAR ANGGRAINI PRINANDA 65
22 SHEILLA REZEKYKA AULIA 55
23 SITI MAHGRIZA SINAGA 63
24 SURIANDI 58
25 TEDDY SETIAWAN 35
26 TENGKU M. FITRA PRATAMA 58
27 VERA MONICA BR NAPITUPULU 53
28 WAHYU RAMADHAN 45
29 YUSRIL IHZA MAHENDRA 53