MembaCA dan MengHAsilkan KarYA dengan ImaJInasi yang penuh WAwasan
Minggu, 30 November 2014
SELINGAN: PUISI PAK HALIM di Koran ANALISA, edisi Rabu 19 November 2014
TAK LAGI BERSAHABAT DENGAN WAKTU
Halim Mansyur Siregar
Karena aku sudah tak lagi bersahabat dengan waktu
maka kini akupun tak perlu terlalu memburu
namun akan tetap kusemai seberapa yang aku mampu
andaipun hanya tumbuh satu
cukuplah itu bagiku, sekadar penawar kalbu
pengobat rindu cita-cita seorang guru
GENERASI SETELAH KAMI (1)
Halim Mansyur Siregar
Bagaimana jiwa ini tak menangis
sedangkan kinipun ia telah teriris-iris
dijual obral hingga nyaris habis
seakan tak tersisa untuk negeri sendiri
tempat berpijak, tempat berdiri
entah bagaimana lagi nanti
apa yang terjadi pada generasi setelah kami
masihkah rasa itu tersimpan rapi di laci hati
(Gg.Rawa Indah Sekip - Lubuk Pakam)
GENERASI SETELAH KAMI (2)
Halim Mansyur Siregar
Tak pernah surut nyalimu
tetap membuncah di ruang kalbu
walau tiada menggenggam peluru
walau hanya dengan sepucuk bambu
ah, akankah itu hanya tinggal catatan-catatan kecil kisah masa lalu
sebab kini, generasi setelah kami
lebih terbiasa mengeluhkan gulita
daripada menyalakan suluh, lilin atau lentera
tak setitik jua semangat juang terpancar di dada
(Gg.Rawa Indah Sekip - Lubuk Pakam)
PELUKIS SEJARAH
Halim Mansyur Siregar
Bukankah telah sama kita baca di buku-buku sejarah
tentang darah yang tertumpah
tentang bambu runcing yang bertanding dengan peluru meriam
tentang kehidupan yang berpayung kematian
tentang jasad-jasad yang bergelimpangan
bahkan tentang ribuan nyawa yang tak berdosa
namun harus segera merasakan mati di usia belia
maka sesungguhnya kita semua adalah pelukis sejarah
tinggal bagaimana kearifan kita dalam memilih dan memilah
warna apakah yang menurut kita terlihat indah
hitam, putih atau merah
Jumat, 28 November 2014
KARYA TULIS PADA EDISI 31
PUISI
KARENAMU
Oleh: Alvi Valah Siregar (KLS VII-2)
Karenamu aku jadi mengerti merangkai kata dan angka demi angka
Karenamu aku dapat bersahabat dengan alam dan beragam isinya
Karenamu aku bisa menguasai aneka informasi dan teknologi
Karenamu aku bisa memiliki sikap empati dan rasa untuk berbagi
Karenamu aku mampu memahami keindahan, kebaikan dan kebenaran
Karenamu aku sanggup menyuburkan cita-cita dan harapan
NB: yang lain diharap bersabar atau segera kirimkan ketikan naskahnya kepada kami!
SAINS & TEKNOLOGI
WARTA ADIWIYATA
IKLAN & KOMENTAR
KARENAMU
Oleh: Alvi Valah Siregar (KLS VII-2)
Karenamu aku jadi mengerti merangkai kata dan angka demi angka
Karenamu aku dapat bersahabat dengan alam dan beragam isinya
Karenamu aku bisa menguasai aneka informasi dan teknologi
Karenamu aku bisa memiliki sikap empati dan rasa untuk berbagi
Karenamu aku mampu memahami keindahan, kebaikan dan kebenaran
Karenamu aku sanggup menyuburkan cita-cita dan harapan
NB: yang lain diharap bersabar atau segera kirimkan ketikan naskahnya kepada kami!
SAINS & TEKNOLOGI
Inilah Kamera ‘Sangar’
Tahan Banting
Perusahaan kamera Ricoh, menciptakan kamera yang diperuntukan bagi kalangan pecinta
alam yang gemar berpetualang. Ricoh WG-M1, diklaim memiliki daya tahan yang
sangat baik, seperti anti air dan benturan.
Kamera ini memiliki desain yang cukup
berbeda dari biasanya, bodinya yang agak ‘kasar’ membuatnya terlihat garang.
Perusahaan mengklaim kamera ini anti air hingga menyelam di kedalaman 10 meter.
Ricoh WG-M1 juga memiliki ketahanan
terhadap goncangan dan benturan apabila terjatuh dari ketinggian sekira 2
meter. Tidak hanya itu, kamera ini memiliki fitur tahan dingin sampai -10
derajat celcius. Sehingga kamera aman sekalipun digunakan dalam situasi
ekstrim.
Perusahaan asal Jepang tersebut
mendesain Ricoh WG-M1 dengan layar monitor LCD 1,5 inci di bagian atas kamera.
Hal itu memungkinkan pengguna untuk memeriksa foto dan video.
Terdapat juga koneksi LAN nirkabel agar
fotografer dapat menghubungkan kamera tersebut dengan perangkat seperti
smartphone dan tablet.
Soal kualitas penangkapan gambar, Ricoh
mampu menembak gambar secepat 10 frame per detik. Perusahaan mengatakan kamera
ini akan dibanderol seharga 199 Euro (sekira Rp3 jutaan), seperti dikutip
Ubergizmo, baru-baru ini. (okz)
Sumber: analisadaily.com
Teknologi Kamera Pengintai
Sensor Mata Kucing
Sebuah kamera pengawas diberi nama Fibaro dirancang dengan desain menarik dan
unik. Fibaro Motion Sensor didesain dengan bola mata mirip seekor kucing yang
mampu menyala dan dapat dikendalikan dengan smartphone.
Dalam sebuah video, kamera pengawas ini dilengkapi dengan lampu LED yang
berubah warna ketika mendeteksi gerakan. Lampu tersebut, seolah memberikan
ilusi kedipan mata saat seseorang bergerak (memasuki rumah).
Warna ‘mata’ dari lampu kamera, dapat diubah melalui aplikasi smartphone
pengguna yang digunakan untuk mengontrol sensor. Selain mengawasi perubahan
gerak (seseorang yang keluar masuk) sensor ini juga memonitor suhu
ruangan, tingkat cahaya, dan menggunakan accelerometer untuk merasakan getaran.
Sensor akan melacak informasi berdasarkan gerak, seperti berapa lama
seseorang menghabiskan waktu di sebuah ruangan dan berapa banyak orang yang
memasuki ruangan tersebut.
Menurut situs Fibaro, alat ini akan hadir di pasar Amerika Serikat dalam
beberapa minggu ke depan. Namun sayang belum ada keterangan mengenai harga.
Demikian disadur Slashgear, baru-baru ini. (okz)
Sumber: analisadaily.com
WARTA ADIWIYATA
Kabut Asap Merusak
Lingkungan Secara Total
Oleh: Ir. Fadmin Prihatin
Malau
Pertama perlu diluruskan bahwa kabut asap bukan gejala alam, tetapi satu
indikator telah dan akan terjadi kerusakan lingkungan secara total yang
disebabkan oleh ulah manusia. Allah telah mengingatkan kepada manusia bahwa
kerusakan alam di bumi dan di langit disebabkan oleh ulah manusia.
Kabut asap bukan gejala alam. Berbeda dengan jenis kabut lainnya yang
merupakan gejala alam yang tidak merusak lingkungan dan tidak membahayakan
kehidupan manusia. Jenis kabut yang merupakan gejala alam cukup banyak, di
antaranya kabut adveksi, terjadi akibat adanya gerakan udara panas dan lembab
ke atas permukaan yang dingin. Akibatnya suhu udara turun sampai di bawah titik
embun sehingga menghasilkan kabut.
Kabut radiasi terjadi ketika malam hari sebab tanah kembali memancarkan
panas ke udara maka terbentuk lapis kabut dari permukaan tanah. Bisanya
terlihat ketika dinihari. Kabut frontal terjadi karena adanya pertemuan antara
dua masa udara yang berbeda temperaturnya maka terbentuk kabut.
Kabut uap terjadi karena adanya penguapan dari permukaan air panas yang
bercampur ke udara yang lebih dingin, terjadi kondensasi yang menimbulkan
kabut. Kabut lereng terjadi karena udara lembab naik secara lambat sepanjang
lereng pegunungan mengalami pendinginan secara adiatik sehingga pada lapisan
yang lebih tinggi terbentuk kabut.
Kabut tekanan terjadi karena distribusi tekanan suhu diatas mengalami
perubahan sehingga lapisan udara lembab pada permukaan mengalami penurunan
tekanan barometrik yang menyebabkan kabut.
Banyak lagi jenis kabut yang kesemuanya tercipta karena gejala alam atau
melalui proses alamiah sehingga tidak merusak lingkungan dan tidak membahayakan
kesehatan manusia di sekitarnya.
Beda dengan kabut asap yang terjadi bukan karena proses alamiah, tapi
disebabkan adanya pembakaran atau terbakarnya hutan dan lahan gambut.
Pembakaran atau terbakarnya hutan dan lahan gambut menyebabkan terjadinya
gangguan ekosistem karena menghanguskan hutan berikut berbagai satwa liar dan
keragaman hayati. Kabut asap berdampak bagi kesehatan manusia, mengganggu
aktivitas manusia di daratan dan di udara, sehingga mengganggu aktivitas
ekonomi.
Kerusakan
Lingkungan Udara, Daratan dan Laut
Kabut asap merusak lingkungan udara atau polusi udara, merusak lingkungan
daratan atau hilangnya hutan beserta flora dan fauna serta keragaman hayati
lainnya. Merusak lingkungan lautan karena berkurangnya cahaya matahari masuk ke
dalam laut.
Masyarakat banyak yang kurang paham dampak sistemik dari kabut asap.
Masyarakat mengira dampak kabut asap hanya menimbulkan polusi udara. Padahal
terjadi kerusakan lingkungan secara total baik udara, darat maupun laut.
Hasil penelitian Zeehan Jaafar dari University of Singapore dan Tse-Lynn
Loh dari John G. Shedd Aquarium yang dimuat dalam jurnal ilmiah Global Change
Biology menyebutkan pembakaran biomassa di Indonesia semakin intensif baik
frekuensi maupun tinggkat kerusakannya sejak era 1970-an.
Dalam penelitian mereka menyebutkan pada bulan Juni 2013, polusi udara
regional di Semenanjung Malaya mencapai rekor tertinggi, di mana kabut menyebar
di tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura serta menyebabkan
negara-negara tersebut berada dalam kondisi siaga.
Kabut asap terkoneksi langsung dengan lingkungan daratan, udara dan lautan.
Karena itu harus disadari dampak langsung maupun tidak langsung kabut asap
tersebut.
Kawasan Asia Tenggara merupakan pusat keragaman hayati dunia, di mana
Indonesia berada di kawasan ini. Menurut penelitian WWF, kawasan Segitiga
Terumbu Karang kawasan Asia Tenggara memiliki 600 spesies karang dan 2.000
spesies ikan karang. Para peneliti WWF itu mengingatkan kabut asap bisa
mengurangi masuknya cahaya matahari yang memberi kehidupan bagi berbagai
spesies di dasar laut.
Apa yang diingatkan para peneliti WWF ini sudah pasti. Sebab terumbu karang
hidup dan berkembang bila sinar matahari masuk ke dasar laut. Terumbu karang
membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Bukan saja terumbu
karang, tetapi hutan mangrove dan kehidupan hewan laut lainnya seperti ikan dan
sebagainya jua butuh sinar matahari.
Kerusakan hutan dan lahan gambut akibat kebakaran yang menimbulkan kabut
asap berdampak pada lautan. Limpasan dan pengikisan tanah bagian atas akibat
kebakaran menyebabkan eutrofikasi.
Eutrofikasi terjadi karena air di daratan akhirnya ke laut. Ketika air dari
daratan ke laut yang miskin unsur hara dan limpasan tanah dari hutan dan lahan
gambut yang terbakar menyebabkan ekosistem laut terganggu.
Data dari penelitian WWF menyebutkan lebih dari 85 % terumbu karang di
Singapura, Indonesia dan Malaysia terancam. Begitu juga dengan hutan mangrove
di Asia Tenggara, 80 % sudah hilang dalam 60 tahun terakhir akibat penggerusan
daratan, polusi, penggunaan pukat harimau.
Kebakaran hutan dan lahan gambut juga mengubah struktur daratan dan
berpotensi menimbulkan banjir, tanah longsor dan lainnya.
Kabut asap sangat berdampak pada kesehatan manusia karena menyebabkan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), terutama bagi mereka yang daya tahan
tubuhnya lemah. Hal ini sangat rentan terhadap manusia lanjut usia (Lansia),
anak-anak dan wanita yang sedang hamil.
Kabut asap juga menyebabkan iritasi pada mata, hidung, tenggorokan, alergi,
peradangan dan mungkin juga infeksi. Bahkan dapat memperparah penderita asma,
penyakit paru-paru, bronkhitis kronik. Orang yang sehat saja bisa mengalami
kesulitan bernapas serta mudah lelah.
Kerusakkan lingkungan memiliki dampak negatif yang luar biasa bagi
kehidupan manusia. Namun, manusia pula yang menyebabkan lingkungan itu rusak.
Seharusnya semua manusia tanpa terkecuali menjaga lingkungan hidup, jangan ada
yang merusaknya. Sesungguhnya semua manusia di dunia ini ibarat hidup dalam
satu kapal besar. Jadi harus sama-sama menjaga lingkungan. (Penulis: Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(UMSU) Medan, mantan praktisi kehutanan dan pemerhati lingkungan)
Sumber: analisadaily.com
IKLAN & KOMENTAR
30 Tentara 'hantu' Garuda,
kalahkan 3.000 gerilyawan Kongo
Reporter : Ramadhian Fadillah | Senin, 27 Mei 2013 06:01
·
Merdeka.com
- Kiprah
Pasukan Garuda kembali menuai prestasi. 167 Prajurit TNI di Haiti yang
tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda
(Konga) XXXII-B/MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en
Haiti) menerima penghargaan Medali PBB.
Pasukan perdamaian dari Indonesia selalu bisa diterima dengan baik di negara penugasan. Sejak Kontingen Garuda I bertugas di Mesir tahun 1957, sejak itulah pasukan baret biru di bawah PBB ini mengharumkan nama bangsa.
Ada cerita menarik soal Pasukan Garuda. 30 Pasukan Garuda berhasil membekuk 3.000 gerilyawan di Kongo berbekal akal bulus dan kecerdikan.
Ceritanya, Desember 1962 di Kongo sedang bergolak. Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris berangkat sebagai pasukan perdamaian di bawah UNOC (United Nations Operation in the Congo).
Saat itu kelompok milisi di bawah pimpinan Moises Tsommbe ingin lepas dari pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu. Rakyat sipil pun segera menjadi korban pertikaian antar milisi dan tentara pemerintah.
Pasukan Garuda III segera dikenal karena keluwesannya bergaul. Banyak Singkong di Kongo, pasukan TNI pun mengajarkan bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue, serta menyayur daun singkong sehingga enak dimakan. Selama ini rakyat Kongo hanya mengolah singkong menjadi tepung yang rasanya tidak enak.
Suatu hari, terjadi serangan yang dilakukan 2.000 gerilyawan Kongo ke markas Pasukan Garuda. Saat itu markas hanya dipertahankan 300 tentara. Setelah baku tembak berjam-jam, gerilyawan dapat dipukul mundur. Untungnya tak ada korban di pihak Indonesia.
Serangan balasan pun segera dirancang untuk menangkap para pemberontak. Letjen Kemal Idris menceritakan hal ini dalam buku biografi, Kemal Idris, bertarung dalam revolusi terbitas Sinar Harapan.
"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," beber Kemal Idris.
Kemal tahu 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul. Mereka takut pada hantu spritesses yang digambarkan berwarna putih dan melayang-layang di waktu malam. Maka 30 anggota pasukan garuda itu berpakaian jubah putih dan segera menyerang.
"Melihat sosok-sosok putih bergerak-gerak, semangat mereka hilang sama sekali dan segera menyerah," kata Kemal.
Dalam operasi kilat itu, ribuan gerilyawan Kongo ditangkap. Senjata-senjata mereka yang ternyata lumayan canggih disita. Dalam peristiwa itu hanya seorang prajurit TNI yang cidera. Salah seorang gerilyawan yang panik saat digerebek, melemparkan ayam yang tengah dibakarnya pada tentara kita.
"Sejak itu, anggota Garuda III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang," kata Kemal bangga.
Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia mengaku bangga atas keberhasilan pasukan Indonesia menangkap 3.000 lainnya tanpa jatuh korban. Namun dia pun meminta ke depan cara-cara unik seperti itu tidak dilakukan. Karena risiko terlalu besar dan sangat membahayakan.
Bravo Garuda.
Pasukan perdamaian dari Indonesia selalu bisa diterima dengan baik di negara penugasan. Sejak Kontingen Garuda I bertugas di Mesir tahun 1957, sejak itulah pasukan baret biru di bawah PBB ini mengharumkan nama bangsa.
Ada cerita menarik soal Pasukan Garuda. 30 Pasukan Garuda berhasil membekuk 3.000 gerilyawan di Kongo berbekal akal bulus dan kecerdikan.
Ceritanya, Desember 1962 di Kongo sedang bergolak. Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris berangkat sebagai pasukan perdamaian di bawah UNOC (United Nations Operation in the Congo).
Saat itu kelompok milisi di bawah pimpinan Moises Tsommbe ingin lepas dari pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu. Rakyat sipil pun segera menjadi korban pertikaian antar milisi dan tentara pemerintah.
Pasukan Garuda III segera dikenal karena keluwesannya bergaul. Banyak Singkong di Kongo, pasukan TNI pun mengajarkan bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue, serta menyayur daun singkong sehingga enak dimakan. Selama ini rakyat Kongo hanya mengolah singkong menjadi tepung yang rasanya tidak enak.
Suatu hari, terjadi serangan yang dilakukan 2.000 gerilyawan Kongo ke markas Pasukan Garuda. Saat itu markas hanya dipertahankan 300 tentara. Setelah baku tembak berjam-jam, gerilyawan dapat dipukul mundur. Untungnya tak ada korban di pihak Indonesia.
Serangan balasan pun segera dirancang untuk menangkap para pemberontak. Letjen Kemal Idris menceritakan hal ini dalam buku biografi, Kemal Idris, bertarung dalam revolusi terbitas Sinar Harapan.
"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," beber Kemal Idris.
Kemal tahu 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul. Mereka takut pada hantu spritesses yang digambarkan berwarna putih dan melayang-layang di waktu malam. Maka 30 anggota pasukan garuda itu berpakaian jubah putih dan segera menyerang.
"Melihat sosok-sosok putih bergerak-gerak, semangat mereka hilang sama sekali dan segera menyerah," kata Kemal.
Dalam operasi kilat itu, ribuan gerilyawan Kongo ditangkap. Senjata-senjata mereka yang ternyata lumayan canggih disita. Dalam peristiwa itu hanya seorang prajurit TNI yang cidera. Salah seorang gerilyawan yang panik saat digerebek, melemparkan ayam yang tengah dibakarnya pada tentara kita.
"Sejak itu, anggota Garuda III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang," kata Kemal bangga.
Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia mengaku bangga atas keberhasilan pasukan Indonesia menangkap 3.000 lainnya tanpa jatuh korban. Namun dia pun meminta ke depan cara-cara unik seperti itu tidak dilakukan. Karena risiko terlalu besar dan sangat membahayakan.
Bravo Garuda.
Langganan:
Postingan (Atom)