Selamat Datang di Blog Majalah Dinding Cahaya JIWA - Online

Minggu, 31 Maret 2013

Opini pada edisi ke-2


Mencari Format Ideal Sistem Pendidikan Nasional
Oleh : Drs. Halim Mansyur Siregar

Salah satu aspek terpenting dalam hidup dan kehidupan manusia di atas dunia adalah berkenaan dengan masalah pendidikan. Karenanya, ‘obrolan’ seputar hal itu mungkin tidak akan pernah tuntas untuk dibahas. Bahkan penuturnya-pun mampu menembus lintas batas.
            Dewasa ini boleh dikatakan bahwa semua kelompok masyarakat terkesan piawai jika diajak membicarakan hal-hal menyangkut dunia pendidikan dengan berbagai problematikanya. Entah itu tentang biaya yang mesti dikeluarkan. Atau berkenaan dengan sekolah-sekolah pilihan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi. Atau bahkan berkaitan dengan kurikulum, sistem kelulusan dan sebagainya.
            Harus pula kita akui bahwa sesungguhnya sistem pendidikan nasional yang sedang dan pernah kita terapkan belumlah berada pada format yang ideal. Sebab, menurut hemat penulis, format ideal sistem pendidikan nasional( agar mencapai hasil yang optimal) minimal mesti memenuhi kriteria seperti tercantum di bawah ini.

1.      Mampu membangun kemandirian        
            Format ideal sistem pendidikan nasional haruslah mampu membangun sikap mental yang penuh kemandirian. Membentuk manusia-manusia Indonesia yang nantinya setelah dewasa akan  sanggup berusaha sendiri tanpa mesti ‘mengantri’ hanya karena semata-mata hendak menjadi pegawai negeri.       
            Untuk itu maka pengadaan segala sarana dan prasarana, terutama pembangunan laboratorium (IPA, Matematika, Bahasa dan sebagainya) sudah tak dapat lagi ditunda-tunda. Jangan sampai ada sekolah yang telah berdiri dan beroperasi selama puluhan tahun, namun tak memiliki laboratorium satu unitpun. 
           
2.      Menumbuhkan rasa solidaritas dan saling menghormati  
            Meskipun kemandirian perlu ditanamkan ke dalam lubuk hati setiap peserta didik, namun para generasi penerus cita-cita bangsa itu harus pula dibekali dengan menumbuhkan rasa solidaritas (semangat kerjasama) dan  saling menghormati. Tujuannya tiada lain agar mereka terbiasa mengapresiasi dan berempati kepada orang lain serta menjauhkan sikap ‘cuek bebek’ terhadap lingkungan sekitarnya.  
            Mengaktifkan  kegiatan- kegiatan ekstrakurikuler berupa pramuka, Palang Merah Remaja, kelompok paduan suara dan sebagainya adalah contoh-contoh kongkrit yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa solidaritas dan saling menghormati tadi.

3. Memberikan tanggungjawab
Bertanggungjawab berarti mau dan berani mengemban tugas dengan segala resiko yang harus dipikul   akibat dari perbuatan ataupun kelalaian menjalankan tugas.   Tanggungjawab juga merupakan barometer sikap dan kepribadian seseorang. Karenanya maka sikap semacam ini mesti ditanamkan dan dipupuk sejak dini agar nantinya setelah terjun bermasyarakat, mereka tidak mencari-cari ‘kambing hitam’ ketika menghadapi dan mengatasi suatu persoalan yang ditemukan.
Melibatkan para pelajar dalam mengelola perpustakaan sekolah, kebersihan ruangan kelas, koperasi dan lain-lain dapat dijadikan pelajaran pemula guna merealisasikannya. Kendati terlihat sederhana, namun mencerminkan kemampuan dan kemauan bertanggungjawab pada tataran pelaksanaan tugas-tugas yang lebih berat.   

4.      Menyediakan program-program pilihan
Sedapat mungkin dan bahkan sudah semestinya pendidikan yang ditekuni siswa benar-benar sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Tidak seperti selama ini menjejali setiap peserta didik dengan segudang kelompok disiplin ilmu yang justru bisa mematikan potensi pribadi yang mereka miliki. Padahal, dari sekian banyak jenis mata pelajaran di sekolah dasar maupun sekolah-sekolah lanjutan (SMP/SMA & sederajat) nantinya barangkali hanya beberapa persen saja yang terpakai untuk diaplikasikan dalam profesi pekerjaan yang didapatkan.
Menghidupkan kembali sekolah-sekolah kejuruan pada jenjang SMP dan sederajat mungkin dapat menjadi sebuah solusi. Atau paling tidak, menyediakan program-program pilihan di sekolah-sekolah umum. Katakanlah ada sejumlah mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua siswa, semisal Pendidikan Agama, PPKN, Bahasa Indonesia atau dilengkapi dengan matematika. Sedangkan sisanya akan lebih  realistis apabila  dalam bentuk mata pelajaran-mata pelajaran pilihan saja.
Konon katanya  pendidikan di  negara-negara maju menerapkan sistem seperti ini. Anak-anak didik yang berbakat di bidang eksakta misalnya, mereka tak perlu dibebani dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang memang tidak relevan. Hasilnya, merekapun menjadi para ahli di bidang profesi yang benar-benar digeluti. Sementara di negeri tercinta ini serba tak jelas dan mengambang. Maka tak heran kalau siapa saja seolah-olah mengerti tentang segala hal, namun tentunya sebatas ‘kulit-kulit’nya saja dan tak pernah tahu isi yang sesungguhnya.
5.Praktisi pendidikan yang benar-benar berkompeten
Adalah wajar, selaku ujung tombak dunia pendidikan maka figur para guru akan selalu menjadi sorotan berbagai pihak. Baik itu pemerintah, orangtua para siswa maupun masyarakat pada umumnya. Sebab sesungguhnya memang di pundak sosok-sosok ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’ inilah tanggungjawab terbesar masalah pendidikan berada.
Sayangnya, ditengarai saat ini banyak juga orang yang memanfaatkan situasi. Menodai dunia pendidikan dengan menempuh ‘jalan tol’ untuk bisa menjadi seorang guru. Terkadang tak jelas kapan dan di mana mereka menuntut ilmu (kuliah) bidang kependidikan, namun tiba-tiba ‘akta’ (ijazah) telah mereka dapatkan.Oleh karenanya, rekrutmen untuk menjadi seorang guru haruslah terus dan tetap diawasi,dievaluasi serta dibenahi.
Begitu pula terhadap praktisi-praktisi pendidikan lainnya.  Kepala sekolah, para pengawas dan pemangku-pemangku jabatan di dinas pendidikan lokal maupun nasional mestilah diisi dan diduduki oleh pribadi-pribadi yang ‘concern’ terhadap dunia pendidik an itu sendiri.
Apa yang penulis uraikan di atas kiranya menjadi unsur-unsur yang harus dipenuhi atau setidaknya dipertimbangkan dalam rangka mencari format ideal bagi sistem pendidikan nasional kita. Dan semoga saja ia segera hadir di depan mata!(*) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar