Selamat Datang di Blog Majalah Dinding Cahaya JIWA - Online

Minggu, 31 Maret 2013

Opini pada edisike-12



          Profil Kepemimpinan Kepala Sekolah
Oleh : Halim Mansyur Siregar

Sudah menjadi kodrat kehidupan bahwa dalam setiap kelompok masyarakat akan selalu ada sosok yang mendapat predikat selaku pemimpin. Ia diberi atau memperoleh wewenang yang mungkin melalui pendidikan/latihan, kekayaan, tradisi turun temurun maupun kemampuan alami untuk mengatur kelompok masyarakatnya itu. Bahkan tidak jarang pula wewenang dimaksud didapatkan dengan jalan ‘rekayasa’ yang pada akhirnya tipe kepemimpinannya pun biasanya senantiasa dipenuhi aroma serupa, yakni hanyut dengan kesibukan merekayasa.
Tiap-tiap satuan pendidikan (sekolah) juga merupakan suatu kelompok masyarakat. Dan  tentu saja memiliki seorang pemimpin. Sebutan untuk pemimpin kelompok ini lazim dikenal dengan istilah Kepala Sekolah.
Meski sulit dibuktikan, namun bukan rahasia umum bahwa seseorang yang hendak diangkat menjadi figur kepala sekolah harus rela ‘berkorban’ puluhan juta rupiah. Konon, kata banyak orang, jika hanya bermodalkan kemampuan yang cukup mumpuni saja ternyata tidak akan berarti apa-apa bila tak dilengkapi dengan ‘lampiran berkas’ yang satu itu. Maka jangan heran kalaupun seandainya kita menemukan tipe kepemimpinan kepala sekolah yang tiada sedikitpun bersinggungan dengan kemajuan institusi yang dipimpinnya. Atau jika ada, paling-paling sekadar ‘basa-basi’ saja. Akan tetapi tujuan utamanya ialah melanggengkan jalan bagi ambisi pribadi yang ia miliki.
Seandainya hal itu yang terjadi, tentulah berdampak kepada produktifitas kinerja para guru dan segenap staf/pegawai yang dipimpinnya. Mereka yang barangkali berpotensi memiliki cahaya dedikasi dan semangat kerja tergolong tinggi lambat laun akan meredup atau bahkan tak bersinar lagi. Jelas, muaranya ialah merosotnya kualitas kegiatan  belajar mengajar dan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Inilah salah satu penyebab mengapa ada sekolah-sekolah yang walaupun situasi dan kondisinya relatif sama tetapi kualitasnya jauh berbeda. Bentuk kepemimpinan kepala sekolah-lah yang menorehkan andil di dalamnya.
Model kepemimpinan kepala sekolah pastilah sangat memengaruhi etos kerja para guru dan staf pegawai yang notabene adalah ‘anak buah’nya. Corak kepemimpinan yang ia terapkan akan mewarnai kondisi kinerja para bawahannya itu. Bahkan suasana KBM (kegiatan belajar mengajar) dan baik buruknya keadaan sebuah sekolah secara umum didominasi oleh gaya kepemimpinan sang kepala sekolah.
Jadi, profil kepemimpinan kepala sekolah yang baik haruslah mampu  memberdayakan dirinya maupun orang lain (guru dan staf/pegawai) untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dengan penuh tanggungjawab. Tentu saja diawali dari menyadari dan memahami serta mengendalikan dirinya sendiri, baru kemudian mengenali dan memahami serta mengendalikan dan menggerakkan para guru dan staf/pegawai selaku bawahannya. Dengan demikian akan terciptalah gairah dan semangat kerjasama serta hubungan yang serasi dan harmonis di sela-sela kesibukan menjalankan kewajiban yang dibebankan. ‘The right man on the right job’ adalah kata kuncinya. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah kita, di daerah kita dan bahkan di negara kita yang pada akhirnya akan dapat  menaikkan kembali citra pendidikan Indonesia di mata dunia.     
Kita patut bersyukur karena memiliki tipikal  kepala sekolah seperti yang penulis paparkan di atas. Tentu saja sebagai manusia biasa, beliaupun sangat mungkin untuk tidak luput dari kesalahan  atau kekurangan. Dan seandainyapun itu terjadi maka menjadi tugas dan kewajiban kita bersamalah untuk saling memperbaiki dan melengkapinya. (Penulis dedikasikan untuk Bapak Kepala Sekolah yang berulangtahun pada 3 Maret yang lalu)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar