Aku Bukan Pengagum Sepi
________________________
Oleh : Halim Mansyur siregar
Sekilas memang tak tampak hasrat di hati
namun bukan berarti aku pengagum sepi
selagi darah masih mengalir di urat nadi
aku akan terus menyemai benih- benih puisi
pun keyakinanku tetaplah tinggi
seribu putik siap menanti
menjelma mawar, juga melati
Meretas Kembali Jalan Menuju Surga
______________________________
Oleh : Halim
Mansyur Siregar
Berbekal setangkai do’a
sujud bersimpuh di hadapan-Nya
mengharap, meminta, mengiba-iba
meretas kembali jalan menuju surga
di ujung masa yang tersisa
_______________________
Oleh : Halim mansyur siregar
Dalam zikir yang kadang tak khusuk
menitipkan asa yang kian menumpuk
Sabda
Suci
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Jika bermula dari kepala
mungkin dipuja serupa dewa
namun tidak pula melalui kaki
nanti dipijak seakan tak punya harga diri
melainkan tulang rusuk pria
itulah muasal wanita
dekat dengan lengan agar mendapat perlindungan
berada di sisi hati supaya dicintai
begitulah suara sabda suci
aku merekamnya ke dalam nada-nada puisi
Anugrah-Anugrah
Terindah
_________________________
- untuk istri dan
ketiga putriku
Oleh : Halim Mansyur
Siregar
Semesra tatapan rembulan memandangi gemintang
semesra rumpun-rumpun tebu di halaman belakang
semesra para pencinta alam merawat terumbu-terumbu karang
bahkan lebih dari itu akan ku lakukan untukmu
juga kepada ketiga belahan jiwa kita
Engkau dan merekalah anugrah- anugrah terindah dalam hidupku
pohon-pohon penyejuk di tepi jalanku
rangkaian melati di taman hatiku
obat paling mujarab penyembuh luka dan dukaku
Menyesal
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Sungguh, aku menyesal
terlalu banyak membuang kesempatan
menjalin cinta dengan Tuhan
juga perempuan yang mencintai Tuhan
Dedaun Di Ranting
Kering
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Meski mulai rapuh
aku tak ingin jatuh
sungguh
walau dahan tinggal setengah
aku tak hendak menyentuh tanah
entahlah
aku masih terlalu yakin
mampu menghalau rasa dingin
kendati acapkali harus diterpa angin
mungkin
Merenung dan
Berhitung
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Ketika langit berkabung
ketika awan menemani mendung
harusnyanya kita merenung dan bahkan berhitung
seberapa banyak debu di tubuh mesti diluruhkan
entah dengan sekadar rintik gerimis
atau harus dengan gemuruh hujan
Hanya
Setitik Air
__________________________
Oleh : Halim Mansyur
Siregar
Aku memang bukan deru hujan
bahkan rinai gerimispun bukan
aku hanyalah ibarat setitik air
namun masih mencoba untuk terus mengalir
Kemarau dan
Hujan
___________________________
Oleh : Halim
Mansyur Siregar
Adalah sebuah kenyataan yang tak terbantahkan
betapa banyak orang menghentikan perjalanan
justru karena terhalang derasnya hujan
lantas manakah sesungguhnya yang lebih layak dirisaukan
kemaraukah atau terguyur hujan
Segaris
Senyum (1)
____________________________
Oleh : Halim
Mansyur Siregar
- Kepada bunda
Segaris senyum di bibirmu
semangat kembali menggebu
Segaris
Senyum (2)
____________________________
Oleh : Halim Mansyur
Siregar
- Kepada bunda
Kemarin kemarau
hari ini juga kemarau
mungkin esokpun masih kemarau
namun segaris senyum di bibirmu
membuatku tak lagi risau
meski sepanjang tahun harus menghadapi kemarau
Segaris Senyum
(3)
____________________________
Oleh : Halim
Mansyur Siregar
- Kepada bunda
Perpisahan telah masuk tahun kesepuluh
bagiku engkau tak pernah terasa jauh
segaris senyum di bibirmu masih terlukis utuh
____________________________
Oleh : Halim
Mansyur Siregar
Angka usia bertambah buncit
gerak langkah semakin irit
bulan di langit kembali sabit
sisa umur tinggal sedikit
Bagiku Kau
Sangat Berarti
__________________________________
Oleh : Halim
Mansyur Siregar
-
Kepada para muridku
Karena bagiku kau sangat berarti
kupaksakan jua mengayun langkah berlomba dengan matahari
meski nanti saat kita bersua
kekecewaanlah yang aku terima
rindu kian membeku
gairah sirna sudah
tak lagi haus terhadap ilmu
semakin tak jelas arti bersekolah
Saatnya Merajut
Mimpi
_________________________
- untuk
ketiga putriku
( Lami,
Viva & Najmu )
Oleh : Halim Mansyur
Siregar
Tidurlah tidur duhai sayangku
tidur yang nyenyak Kartini-Kartini kecilku
biar ‘ayah dodoikan’ sepenuh kalbu
Tidurlah tidur duhai cintaku
tidur yang lelap Kartini-Kartini cilikku
angin malam tak baik bagimu
Saatnya kini kembali merajut mimpi
untuk kau bentangkan di tepian pagi
Lupakan Segala Resah
________________________
- untuk
ketiga putriku
( Lami,Viva
& Najmu )
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Usai sudah siang engkau jelajah
kini di matamu bergelantung sejuta lelah
maka tidurlah
lupakan sejenak segala resah tentang sekolah
lupakan sejenak segala gundah tentang keadaan rumah
tidur yang nyenyak, mimpilah yang indah
seindah cinta yang tak akan pernah patah
untukmu: dari bunda dan ayah
-
Se-iya Sekata
Selamanya
_________________________
Oleh : Halim Mansyur
Siregar
Jika kau angin
aku akan menjadi arahnya
jika kau ombak
aku akan menjadi deburnya
semoga Tuhan mengabulkan harapan kita
tetap bersatu, se-iya sekata selamanya
Meski Diam Tanpa Kata
_______________________
- untuk Evinda (istri tercinta)
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Meski diam tanpa kata
setangkai senyum yang merekah sempurna
menyambutku di beranda rumah cinta kita
mengusir lelah dalam seketika
Di Bawah Teduh Bola Matamu
_________________________
- untuk
Evinda (istri tercinta)
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Bernaung di bawah teduh bola
matamu
hari-hari terikku seakan cepat berlalu
Seputik Rindu, Setangkup Cinta
________________________
- untuk Evinda
(istri tercinta)
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Seputik rindu, setangkup cinta
mekar bersemi di teras senja
menemani untaian melati riuh bercanda
Cinta Dalam Segelas Kopi
________________________
- untuk
Evinda (istri tercinta)
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Segelas kopi hangat
sehangat kasih sayangmu
selalu kau suguhkan kepadaku
ketika siang telah berlalu
membuat rindu tak pernah beku
meski senja telah di ambang pintu
Mumpung Masih Pagi
_________________________
- untuk
ketiga putriku
( Lami,
Viva dan Najmu)
Mumpung masih pagi
lari dan teruslah berlari
engkau harus menjemput matahari
tampung dan tabunglah sinarnya
kumpulkan dan simpanlah setiap butir kehangatannya
juga jaga agar tetap membara
sebab ia akan sangat berguna
apalagi nanti bila senja telah tiba
saat aroma dingin mulai mengusik cuaca
Hari Bahagia Itu
-----------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Kapan tibanya hari bahagia itu
saat di mana kita dapat bertemu
aku tak tahu
hanya bisa menunggu dan terus menunggu
sembari tetap merajut rindu
membentangkannya pada setiap petala ruang dan waktu
hingga datang utusan untuk menjemputku
hingga datang keputusan yang mengatur tempatku
hasil penilaian tentang kesungguhan mencintai-Mu
Derita dan Harapan
-----------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Jika harapan ibarat tanaman
maka derita adalah pupuknya
---------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Menepi, meski harus menyendiri
itulah pilihanku kini
terlalu berliku jalan di depanku
juga terjal, lagi penuh batu
walau sejatinya hidup adalah perjuangan
mesti sanggup menghadapi semua rintangan
namun aku tak ingin seumpama singa
dengan mulut siap menganga
menerkam segala yang ada
cukuplah bagiku menjadi seperti mawar pagi
memiliki duri-duri yang teratur rapi
sebagai perisai, sekadar untuk melindungi diri
------------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Harapan juga sesuatu yang agung
gema suaranya akan sulit terbendung
manakala ia telah bersenandung
Ragu
---------------------------------
---------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Tuhan…,
acapkali aku meminta
acapkali aku meminta
terkadang lebih dari yang sepantasnya
tapi kini aku ragu
mampukah mempertanggungjawabkan semua itu
seandainya Engkau kabulkan segala do’aku
------------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Demikian luas alam semesta
taburlah benih asa di mana suka
tentu iapun butuh hujan secukupnya
maka itulah titik-titik air mata
Menulis Seribu Puisi
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
- untuk istri dan
ketiga putriku
Maafkan daku wahai para kekasih hati
waktu yang engkau miliki sering kucuri
demi memenuhi hasrat di hati
menulis seribu puisi
selagi hayat masih melekat dalam diri
Perlahan Tapi
Pasti
_______________________
Oleh Halim Mansyur Siregar
Perlahan tapi pasti
kucoba tanamkan biji-biji puisi
yakin sepenuh hati
akan datang musim menuai hasil suatu saat nanti
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Pekat awan
butiran hujan
debu-debu di jalanan
lalu lalang kendaraan
istana-istana tak bertuan
dari sanalah kata demi kata kupunguti
hingga menjelma sebentuk puisi
------------------------------
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Harusnya kita bertanya siapa dia
siapa ayah ibunya
siapa kakek neneknya
siapa buyutnya
siapa istrinya
siapa anak-anaknya
bahkan sesiapa orang di dekatnya
tak cukup bila hanya mendengar
suara kehidupan surga yang masih samar
keluar dari sepasang bibir yang bergetar
Bocah
Pengemis
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Berjalan dari pintu ke pintu
bocah itu mengoyak tirai zaman
untuk sesuap nasi yang ia butuhkan
Tanaman Paling Berharga
----------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Jika asa tumbuh di dada
itulah sesungguhnya tanaman paling berharga
rawatlah ia dengan seksama
jangan sekalipun menelantarkannya
apalagi mencabutnya
-----------------------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Lama nian engkau terlelap dalam
mimpi
bangun dan bangkitlah wahai anakku
buka jendela kamarmu
juga jendela hati
rasakan semilir angin
dengarkan kicauan burung yang asyik bernyanyi
seisi bumi berlomba menyambut pagi
bunda tak ingin kesunyian malam tadi menjadi teman abadi
Sang Waktu
-----------------------------
Oleh: Halim Mansyur Siregar
Sesungguhnya di ranah sang waktulah kita berkutat
derap langkahnya seolah terlalu cepat
hingga jarak siang dan malam pun seakan begitu cepat
bayang-bayang senja mulai berkelebat
sebentar lagi terang akan berganti pekat
banyakkah sudah bekal didapat
untuk dibawa ke alam akhirat
Kekasih Ingkar
Janji
________________________
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Seorang diri ku duduk di sini
memandangi sepasang merpati
asyik menari di ranting pohon tak berduri
Seorang diri ku menanti di sini
menanti sang kekasih hati
yang berjanji akan datang sebentar lagi
Tetap seorang diri ku beranjak dari sini
menanggalkan sekuntum puisi yang dulu tersemat di hati
karena sang kekasih telah ingkar janji
Di Sudut Resah
Oleh : Halim Mansyur Siregar
lapuk diseruduk hujan pagi yang terlalu basah
lekang diterjang panas siang yang begitu meradang
kini aku tertunduk pasrah di sudut resah
memeluk setangkup do’a yang justru mampu menengadah
mengharap Tuhan memberikan langit sore yang teduh
agar aku dapat lebih tenang
menyambut malam yang nanti pasti datang
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Aku harimau lapar
siap mencakar
tak peduli
kecil ataupun besar
katamu, sesumbar
katamu, sesumbar
Aku gajah liar
kakiku
sekuat akar
belalaiku
sanggup melilit setangguh piton sang ular
balasnya, tak kalah gentar
Tunggu, dengar dulu sebentar
tak perlu
ribut, apalagi bertengkar
cegahku, mulai gusar
Sebuah Proses
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Kalau saja kita mampu melihat
batas antara suatu rahasia dengan makna yang terkandung di dalamnya
maka kita pun akan mengerti
hidup adalah sebuah proses untuk memahami arti hidup itu sendiri
Siklus Kehidupan
Oleh : Halim Mansyur Siregar
laksana embun di kelopak daun
hadir menyambut pagi
pulang dijemput matahari
datang untuk pergi
pergi untuk datang kembali
siklus kehidupan sama kita rasakan
Demi Anak-Anak Sekolah
Oleh : Halim Mansyur Siregar
gurulah yang serba salah
bagaimana harus berkiprah
menindaklanjuti kebijakan pemerintah
menurut atau membantah
semua demi anak-anak sekolah
Mulai Mekar
Oleh :
Halim Mansyur Siregar
Mawar, aduhai mawar
tangkupmu mulai mekar
hati-hati dengan durimu
jangan sampai melukai kupu-kupu
Di Atas Segalanya
Oleh : Halim Mansyur Siregar
Di atas segalanya
Mencintai-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar